Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam
hati atau niat, jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
1. Jujur dalam niat dan
kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam rangka
menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai riḍa-Nya. Jujur sesungguhnya berbeda dengan pura-pura jujur. Orang
yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan
realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at
seperti dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan
semisalnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur
dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan
kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat
tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam
ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampakdan terang di antara
macam-macam kejujuran.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah
hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan
ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diriḍai Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.
Merealisasikan
kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam
perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah,
adakalanya pula menjadi kuat.
Aktivitas Siswa:
Menurut objeknya, jujur itu ada
beberapa macam, yaitu jujur kepada Allah Swt., jujur kepada orang lain, dan
jujur kepada diri sendiri.
1. Identifikasilah jenis-jenis kejujuran di sekitarmu, baik di rumah
maupun di sekolah atau di lingkungan masyarakat, termasuk kategori kejujuran
yang manakah!
Menurut tempatnya, jujur itu ada
beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat, jujur dalam perkataan atau
ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
- Jujur dalam niat dan kehendak, contohnya pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
- Jujur dalam ucapan, contohnya menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur.
- Jujur dalam perbuatan, contohnya melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diridai Allah Swt.
2. Jelaskan hubungannya
antara perilaku jujur yang diamati dengan akibat yang ditimbulkan!
Setiap apapun terjadi didunia ini selalu memiliki sisi
baik dan buruk, sisi positif dan negatif. Begitupun halnya dengan perilaku
jujur. Terkait perilaku jujur terdapat dampak positif dan dampak negatifnya
masing-masing. Dimana dampak positif dari perilaku jujur adalah seseorang akan
tenang dalam menjalani kehidupan dan tidak akan dihantui oleh rasa bersalah
karena kebobohongannya. Sedangkan dampak
negatif dari perilaku jujur adalah seringkali seseorang yang berperilaku jujur
kehidupannya dimanfaatkan oleh para pemain-pemain politik dan para pembohong.
3. Buatlah contoh perilaku jujur kepada Allah Swt., kepada orang lain,
dan kepada diri sendiri!
Kepada Allah : Jujur dengan keyakinan direalisasikan dengan cara melakukan perbuatan berdasarkan
ketentuan syar’i secara ikhlas semata-mata karena Allah swt, sebab
perbuatan karena makhluk (riya’) hakekatnya sama saja dengan perbuatan menipu
Allah, orang yang riya’ perbuatannya hanya sebatas dhohir saja patuh dan
mengabdi kepada sang khalik, namun bathinnya menghamba kepada makhluk.
Kepada Diri Sendiri : di luarnya tampak baik dan mulia begitu juga di dalamnya dan berpenampilan sesuai dengan keadaan kita (tidak berlebihan).
Kepada Orang Lain : apabila kita dibutuhkan keterangan sebenarnya sebagai saksi kita harus berkata sejujurnya dan memberikan keterangan yang benar.
Kepada Diri Sendiri : di luarnya tampak baik dan mulia begitu juga di dalamnya dan berpenampilan sesuai dengan keadaan kita (tidak berlebihan).
Kepada Orang Lain : apabila kita dibutuhkan keterangan sebenarnya sebagai saksi kita harus berkata sejujurnya dan memberikan keterangan yang benar.
4. Carilah dalil naqli maupun aqli
قَالَ
اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah
berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha
terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS: Al-Maidah Ayat: 119)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. (QS: At-Taubah Ayat: 119)
Sesi Tanya Jawab
1.
Kelompok
1 : A. Ahmad
Syawal
Pertanyaan :
“Kapan jujur itu melemah dan kapan jujur itu menjadi kuat?”
Dijawab : Indri Astuti Nur
Jawaban :
Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu
kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap
kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur,
tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah
menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain
mengetahuinya.
Jujur akan kuat apabila didukung dengan iman yg kuat
sebaliknya jujur akan lemah apabila iman yg dimiliki seseorang juga lemah
sehingga akan mudah terhasut oleh ketakutan diri sendiri untuk berkata jujur
apalagi apabila jujur itu dapat membahayakan ataupun mempermalukan diri kita
sendiri.
2.
Kelompok
2 : Fajriansyah
Nadir
Pertanyaan :
“Apakah hukum orang yang jujur tetapi melebih-lebihkan?”
Dijawab : Mifrah Nurbadri Ramadani
Jawaban :
Kita harus akui dengan jujur,
bahwa ada dari kita yang kadang dalam menyampaikan sesuatu, suka
melebih-lebihkan/menambah-nambahkan, entah kenapa, sehingga jarang sekali, kita
bisa menyampaikan sesuatu dengan pas, tidak ditambah-tambahkan dan tidak
dikurangi. Dalam kaitan dengan ghibah, kalau aib orang yang kita bicarakan itu
benar, maka itu disebut ghibah. Namun seringkali ghibah berkembang menjadi
sebuah fitnah, karena kebiasaan kita yang suka melebih-lebihkan,
menambah-nambahkan omongan. Ketahuilah, omongan yang kita tambah-tambahkan /
lebih-lebihkan itulah, yang termasuk fitnah. Banyak ayat suci Al Quran dan
hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang keras segala bentuk ghibah dan fitnah,
diantaranya:
1) Allah SWT berfirman,
”Sesungguhnya mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (Al-Nahl: 105).
2) Perhatikan sabda Rasulullah SAW
berikut ini: ”Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan
rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan
saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika
pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW:
Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah
mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu
telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)
3.
Kelompok
3 : Galih
Gumilang Eka putra
Pertanyaan :
“Apakah perbuatan riya’ mendapatkan pahala dari Allah SWT,
walaupun riya’ itu niatnya bukan untuk mendapatkan rida’ Allah SWT tetapi untuk
diperlihatkan kepada orang lain?”
Dijawab : Jumrianti
Jawaban :
riya’ dibagi
kedalam dua tingkatan: riya’ kholish yaitu
melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya’
syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan
perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan
keduanya bercampur.
Oleh itu, Syeikh Ahmad Rifa’i berpesan bahwa riya’ merupakan
perbuatan haram dan satu diantara dosa besar yang harus dijauhi serta di
tinggalkan supaya selamat dan amalnya manfaat sampai di negeri akhirat.
4.
Kelompok
5 : Suriadi
Pertanyaan :
“Bagaimana pendapat anda jika sahabat kita berbohong dan
kita mengungkapkan kebohongan itu kepada orang lain sehingga tali silaturahmi
terputus.”
Dijawab : Muhammad Rafly Riswandar
Jawaban :
Kita sering diajarkan bahwa berbohong itu tidaklah
baik karena akan merugikan diri dan sekitar kita. Tapi benarkah itu? Lalu apa
yang sebenarnya terjadi bila sahabat kita berbohong dan kita mengungkapka
kebohongan itu kepada orang lain ?
Sebelum saya menjawab lebih jauh, saya ingin
menyampaikan sekilas apa itu kebohongan.
Bohong atau berbohong adalah suatu pernyataan palsu
yang diberikan secara sengaja ke pihak lain dimana kemungkinan besar orang ini
telah mengetahui pernyataan aslinya (kejujurannya).
Dalam dunia ini banyak sekali jenis kebohongan
dimulai dari pemalsuan, setengah berbohong, penipuan, menggertak, bohong jujur
(memberikan pernyataan salah yang orangnya sendiri saja mempercayai pernyataan
tersebut sebagai sesuatu yang benar), dan bohong putih (white lie)
dimana merupakan kebohongan untuk kebaikan orang lain.
Dan Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
kita sering sekali diajarkan dan melihat di berbagai media bahwa berbohong
bukanlah hal yang baik seperti dapat merugikan kita dan orang lain. Apalagi kebohongan itu diungkapkan lagi
kepada orang lain, sangat banyak kerugiannya.
Dan salah satu kerugiannya adalah ;
Menyebabkan stress : Sama
seperti kebanyakan hal negatif lainnya, kebohongan juga dapat menyebabkan stres
dan rasa tidak nyaman. Sebagai bukti nyata, Anda dapat melihat polygraph
machine (lebih kita kenal sebagai "lie detector").
Walaupun alat ini disebut sebagai alat untuk mengetahui atau mendeteksi
kebohongan, pada kenyataannya yang mereka deteksi bukan kebohongan itu sendiri
melainkan stres yang terjadi pada saat kita mengatakan sesuatu. Selain itu kebohongan
juga dapat memutuskan tali silaturrahmi
5.
Kelompok
6 : Satriana
Pertanyaan :
“Bagaimana cara anda merealisakikan kejujuran dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam hati maupun dalam perkataan?”
Dijawab : Jumrianti
Jawaban :
Dengan membiasakan diri berlaku jujur baik dalam hati
maupun perkataan kepada orang lain. Selain itu, kita juga harus menumbuhkan
rasa ketakutan akan akibat dari berbohong. Bahwa berbohong akan mengakibatkan
hati kita tidak tenteram dan tidak dipercayai orang lain. Karena apabila anda
melakukan satu kebohongan, maka akan timbul kebohongan-kebohongan lain.