Hipnotis
Aku bisa menghipnotis seseorang. aku menggunakannya untuk hal-hal positif. semua orang menganggapku orang baik karena sering menolong banyak orang dengan kemampuanku. tapi hanya sedikut yang mengetahui kemampuanku ini.
Namun, semuanya tiba-tiba berubah saat aku mulai jatuh cinta untuk pertama kalinya. itu membuatku sangat egois. Sampai-sampai aku menghipnotisnya agar dia bisa mecintaiku. Ada yang mengatakan cinta datang karena terbiasa. Mungkin dengan aku menghipnotisnya, dia bisa terbiasa denganku. dan ketika aku sudah menyadarkannya, dia bisa mencintaiku.
Tapi, apakah benar dia bisa mencintaiku?
Apakah rencanaku akan berhasil?
Atau dia malah membenciku?
~~~
Aku Alea Putri Annisa. Orang-orang memanggilku Alea. Umurku 16 tahun. aku bisa menghipnotis seseorang hanya lewat tatapan mataku. Tak ada seorang pun yang mengetahui kemampuanku ini. Kecuali keluargaku dan Ika, salah satu sahabatku.
aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang berada. ayahku adalah seorang arsitek dan memiliki perusahaan besar. bundaku tidak sesibuk ayahku. walaupun dia memiliki restaurant khusus makanan Indonesia yang cukup terkenal, tapi dia hanya memantaunya dari rumah. sisanya ia serahkan pada orang kepercayaannya. katanya dia mau fokus terhadap perkembangan anak-anaknya.
aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. sebenarnya ada 4. tapi adik yang satunya lagi masih dalam perut bundaku. bundaku memang masih muda. dia menikah dengan ayah saat berumur 19 tahun. sedangkan ayah berumur 25 tahun. kakakku bernama Arizaldi Fauzi. dari kecil aku memanggilnya kak Aris. saat ini, dia kuliah jurusan arsitek. sama seperti ayahku. mungkin dia yang akan melanjutkan perusahaab ayah. adikku bernama Aluna Fitriah. dia baru kelas 3 SD.
itulah perkenalan singkat tentang keluargaku.
~~~
Aku bisa menghipnotis seseorang. aku menggunakannya untuk hal-hal positif. semua orang menganggapku orang baik karena sering menolong banyak orang dengan kemampuanku. tapi hanya sedikut yang mengetahui kemampuanku ini.
Namun, semuanya tiba-tiba berubah saat aku mulai jatuh cinta untuk pertama kalinya. itu membuatku sangat egois. Sampai-sampai aku menghipnotisnya agar dia bisa mecintaiku. Ada yang mengatakan cinta datang karena terbiasa. Mungkin dengan aku menghipnotisnya, dia bisa terbiasa denganku. dan ketika aku sudah menyadarkannya, dia bisa mencintaiku.
Tapi, apakah benar dia bisa mencintaiku?
Apakah rencanaku akan berhasil?
Atau dia malah membenciku?
~~~
Prolog
"Lea ayo lari." Teriak
seseorang di belakangku. Aku tak sempat berbalik. Orang itu langsung
menarik tanganku dan membawaku berlari bersamanya.
"Ika, kamu kenapa? Kenapa malam-malam begini kamu lari?" ku coba untuk menghentikannya berlari.
"ad.. ada... ada.."
"kamu tarik napas dulu." Suruhku pada Ika. dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.
"ada orang mabuk yang mengejarku. Aku takut, Le." Ucapnya dengan nada takut.
"hey" suara berat di
belakangku mengagetkanku. Ika memandang orang yang ada di belakangku
takut. Aku pun berbalik. Ika menarik-narik lengan bajuku dan bersembunyi
dibelakangku.
"kenapa?" tanyaku pada orang mabuk itu.
"itu teman kamu kenapa
lari? Aku kan hanya ingin bermain-main dengannya." Katanya. Aku yang
nyatanya pemberani, tersenyum sinis padanya.
"sebaiknya denganku saja." Kataku. Ika menatapku tak percaya. "tenang saja" bisikku padanya
"boleh. Kalau begitu
kalian berdua saja." Katanya sambil tersenyum puas. ku langkahkan kakiku
hingga aku berhadapan dengannya. Ika mencoba menarikku tapi tak ku
pedulikan. Ku letakkan tanganku di bahu orang itu. bau alcohol memasuki
indra penciumanku.
"ternyata kamu tidak sabar, yah." Katanya sambil terkekeh. Baunya semakin menyengat. Aku mau muntah rasanya.
"diam dan tatap mataku."
Kataku dingin. Dengan mendengar nada suaraku yang dingin saja langsung
dipatuhinya. Dia kemudian menatap mataku. Aku mkemudian mengunci
tatapannya. Matanya mulai mengantuk. Akupun mencoba berbicara lewat
tatapan mata. Dia mengangguk.
"jangan lakuin hal kayak
tadi yah, pak. Kasiankan teman saya jadi ketakutan seperti itu." orang
itu mengangguk. Segera ku tepuk bahunya.
"baiklah mbak. Saya minta maaf." Katanya
"jangan minta maaf sama
saya, pak. Sama teman saya tuh." Orang itu kemudian menghampiri Ika dan
mengulurkan tangannya. Ika kelihatan sangat ketakutan. Dia hanya menatap
tangan orang itu.
"maafkan saja Ika. dia
janji tidak akan melakukan hal itu lagi." Ika pun mengangkat tangannya
yang gemetar untuk membalas uluran tangan orang itu.
"maafkan saya mbak.
Kalau bukan kata teman mbak tadi, saya tidak tau apa yang akan saya
lakukan. Sekali lagi saya minta maaf mbak." Kata orang itu setelah
melepaskan jabatan tangannya dengan Ika. ika hanya mengangguk-anggukan
kepalanya.
"kalau begitu saya dan
teman saya permisi, pak." Pamitku pada orang itu sambil menggandeng
tangan Ika yang masih gemetar dan dingin.
"hati-hati yah mbak."
~~~
Aku Alea Putri Annisa. Orang-orang memanggilku Alea. Umurku 16 tahun. aku bisa menghipnotis seseorang hanya lewat tatapan mataku. Tak ada seorang pun yang mengetahui kemampuanku ini. Kecuali keluargaku dan Ika, salah satu sahabatku.
aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang berada. ayahku adalah seorang arsitek dan memiliki perusahaan besar. bundaku tidak sesibuk ayahku. walaupun dia memiliki restaurant khusus makanan Indonesia yang cukup terkenal, tapi dia hanya memantaunya dari rumah. sisanya ia serahkan pada orang kepercayaannya. katanya dia mau fokus terhadap perkembangan anak-anaknya.
aku anak ke 2 dari 3 bersaudara. sebenarnya ada 4. tapi adik yang satunya lagi masih dalam perut bundaku. bundaku memang masih muda. dia menikah dengan ayah saat berumur 19 tahun. sedangkan ayah berumur 25 tahun. kakakku bernama Arizaldi Fauzi. dari kecil aku memanggilnya kak Aris. saat ini, dia kuliah jurusan arsitek. sama seperti ayahku. mungkin dia yang akan melanjutkan perusahaab ayah. adikku bernama Aluna Fitriah. dia baru kelas 3 SD.
itulah perkenalan singkat tentang keluargaku.
~~~
lanjutan https://www.wattpad.com/story/55426650-love-as-hypnotic
itu sekilas cerita yang aku buat. klu mau baca, silahkan kunjungi laman diatas. tunggu vote dan comentnya. yah..
0 komentar:
Posting Komentar